Pada
abad 20 sekarang ini strategi militer telah banyak mengalami perkembangan yang
dapat disebut revolusi militer. Revolusi militer khususnya perkembangan militer
di bidang elektronik, penerbangan, bahan bakar, material alat perang dan
teknologi informasi (Gray, 1999). Berbanding terbalik dengan kemajuan di
bidang militer, bukan justru menciptakan keamanan dan kebebasan dari rasa takut
dalam menjalani hidup di masyarakat, justru sebaliknya, kekuatan laut, udara
dan darat suatu negara ataupun gabungan beberapa negara maju membuat mereka
ingin menguasai dunia melalui invasi maupun peperangan secara langsung terbuka.
Buah dari revolusi militer itu
telah melahirkan strategi militer yang mengalami kemajuan yaitu pada strategi
kekuatan darat, udara, laut dan elektromagnetic
spectrum (EMS). Kekuatan udara melalui pesawat-pesawat tempur tidak serta
merta menjamin kemenangan dalam sebuah peperangan, dia harus bekerjasama dengan
kekuatan darat dan laut, dan ini merupakan satu-kesatuan. Kecanggihan teknologi
ini telah mengantar tentara-tentara di zaman kontemporer sekarang ini jauh
lebih kuat dari perang tradisional sebelum-sebelumnya (Gray, 1999).
Kekuatan
udara dalam penerbangan sangat diperlukan untuk mengetahui situasi dan kondisi
di daratan. Pesawat juga membawa peralatan tempur seperti bom, roket, kendaraan
perang yang sangat diperlukan dan membantu
kekuatan laut dan darat. Selain itu juga kekuatan udara dapat
dikategorikan high potency dalam
kontribusi efektifitas sebuah strategi (Gray, 1999). Sehingga mustahil rasanya
apabila dalam sebuah strategi militer tanpa adanya keikutsertaan sebuah
kekuatan udara.
Dalam paper ini, hal yang menjadi
fokus utamanya adalah bagaimana strategi
udara Sekutu dalam operasi Overlord di pantai Normandia biasa juga disebut
invasi Normandia dapat turut serta mensukseskan misi sekutu dalam merebut Normandia dari
kekuasaan Nazy?
STRATEGI
KEKUATAN UDARA
Kekuatan udara telah dirasakan
oleh para tentara angkatan udara bahwa mereka butuh organisasi independen yang membenarkan sejatinya mereka dapat memenangkan perang tanpa bantuan. R.J.
Overy mungkin benar
ketika ia menyatakan tentang Perang
Dunia II, yaitu "kekuatan udara tidak memenangkan perang sendirian, tetapi juga terbukti menjadi
kelemahan kritis di sisi sumbu dan keuntungan tunggal
terbesar yang dinikmati oleh Sekutu",
sehingga strategi modern
dan perang adalah mutlak karena
keberhasilan "bersama" (kekuatan udara,
laut dan darat).
Marsekal Jan Kristen Smuts dalam laporannya tanggal 17 Agustus
1917, mengungkapkan visi tertentu dari kekuatan udara yang telah konsekuensi
yang masih penting bagi strategi militer hari ini. Dalam laporan kedua tentang komite Perdana
Menteri di Organisasi Udara (Air Organization) dan Home Defence
Against Air Raids, Smuts mengidentifikasi apa yang menjadi ambisi
organisasi penerbang militer dimana-mana: birokrasi
Air Service yang independen
dan
sama dengan tentara dan angkatan laut. Smuts juga menawarkan argumen strategis
yang kuat, dan visi strategis yang berani, dalam pembenaran rekomendasinya
untuk pembentukan layanan udara independen. Dia menjelaskan mengapa 'posisi
layanan udara cukup berbeda dari lengan artileri'. Tidak seperti F.W.
Lanchester,
Smuts tidak membayangkan layanan udara berkembang sebagai 'lengan keempat'
Angkatan Darat, di perusahaan dengan infanteri, kavaleri, dan artileri. Dia
berpendapat sebaliknya bahwa.
Pelayanan udara (Air Service), dapat digunakan
sebagai sebuah sarana independen
dari operasi perang. Tidak seperti artileri, armada udara dapat melakukan
operasi yang luas jauh dari
apa yang bsa dijangkau oleh Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Hingga
saat ini, sama sekali tidak ada batasan mengenai skala tembak maupun pengintaian
oleh angkatan udara. Mereka dapat
menghancurkan tanah, pusat-pusat
industri dan tentara musuh pada skala yang
lebih
luas dalam strategi
operasi
perang militer utama. Bukan
yang sekunder
atau cadangan lagi.
Dengan demikian dapat
dilihat bahwa dalam laporan Smuts, pada tanggal 1
April 1918, yang dipimpin langsung kepada pendiri angkatan udara independen
pertama di dunia, Inggris Royal Air Force (RAF), menjadi
sebuah organisasi independen Angkatan Udara pertama yang sangat 'strategis':
yakni Kekuatan
Udara
utama.
Mulai
sejak saat itu, kekuatan udara mulai dikembangkan, pesawat-pesawat canggih
mulai di adakan, pesawat pengangkut tentara, pesawat pembom, pesawat anti radar
dan lain sebagainya. Hal ini karena angkatan udara melalui pesawat
dapat terbang di
atas tanah dan laut, kekuatan udara dapat menggantikan
posisi kekuatan darat dan kekuatan laut dalam melakukan pemantauan, penyerangan
pada daerah-daerah musuh yang sangat jauh dari jangkauan penglihatan dan
penyerangan (Gray, 1999).
OPERASI
OVERLORD
6 Juni 1944 mungkin adalah hari
yang tidak dapat dilupakan oleh Amerika Serikat, Kanada, Inggris. Hari yang
biasa disebut D-Day adalah hari yang paling terkenal dalam sejarah, yaitu
tanggal dimulainya pertempuran di pantai Normandia, dimana prajurit Sekutu
berencana untuk membebaskan Eropa dari kekuasaan Nazi Jerman selama Perang
Dunia II melalui pantai Normandia Perancis sebagai pintu masuk ke Eropa.
Invasi Normandia, dengan nama
kodenya adalah Operasi Overlord, adalah sebuah operasi pendaratan yang
dilakukan oleh pasukan Sekutu saat Perang Dunia II ke pantai Normandia Perancis.
Dan sampai sekarang merupakan sebuah kejadian invasi laut paling besar dalam
sejarah. Dengan hampir tiga juta prajurit datang dan menyeberangi Selat Inggris
dari Inggris ke Perancis yang diduduki oleh prajurit Nazi Jerman. Invasi besar
ini berkekuatan: 9 kapal perang, 23 cruisers,
104 alat perusak dan 71 kapal muatan super besar yang merupakan alat
transportasi para pasukan. Kurang lebih 5,000 kapal dari segala tipe di
tiap-tiap armada besar juga telah siapkan dalam operasi ini. (Sullivan, Chief
of Staft US Army)
Operasi Overlord ini adalah operasi
perebutan Normandia dari kekuasaan Nazi Jerman dan selanjutnya agar dapat
membebaskan Eropa Barat secara keseluruhan. Operasi ini dijadwalkan akan selesai
setelah 90 hari yaitu pada bulan September 1944, namun operasi ini berhasil
sukses lebih cepat dari yang diprediksikan pada awalnya yaitu 19 Agustus 1044. (United State History)
Invasi ini melibatkan banyak
Jenderal, prajurit, senjata dari negara-negara Sekutu dan aliansinya. Dan
dengan mengerahkan kekuatan penuh di udara, laut dan darat. Strategi yang
digunakan dalam perang melawan Nazi Jerman di pantai Norwendia ini tidak lagi
seperti strategi perang klasik, perang Norwendia ini adalah bagian dari Perang
Dunia II yang telah menggunakan strategi modern dengan peralatan canggih
militer di dalamnya.
STRATEGI
ANGKATAN UDARA SEKUTU DALAM OPERASI OVERLORD
Angin topan dan cuaca buruk melanda daratan Eropa pada
tanggal 5 Juni, Erwin Johannes Eugen Rommel
seorang panglima tinggi Nazy Jerman yang bertugas mengamankan wilayah Normandia
sebagai wilayah pintu masuk ke dalam Eropa Barat tentu tidak akan menyangka
akan terjadinya invasi oleh Sekutu ke wilayah penjagaannya, dia telah berpikir
kemungkinan badai dan cuaca buruk ini akan berlangsung 2 minggu, sehingga
rasanya mustahil apabila Normandia akan diserang pada saat seperti ini, dia
malah pergi meninggalkan Normandia untuk menghadiri ulang tahun istrinya di
Jerman.
5 Juni 1944 pukul
22.00, lebih awal dari operasi darat Overlord, ditempat yang berbeda para
petinggi militer angkatan udara dari British 6th Airbone Division,
American 101st dan 82nd Airbone Division telah akan
memulai invasi ke Normandia melalui serangan udara. Prajurit-prajurit
parasut Inggris dari British 6th
Airbone Division, terjun dengan pesawat layang di desa Benouville, 6 Mil dari
utara sungai Caen. Kurang lebih 18.000 prajurit parasut Inggris dan Amerika
diterjunkan ke daratan Normandia untuk mengambil alih jembatan-jembatan penting
dan merusak jaringan komunikasi Jerman. Misi terbagi dua antara Inggris dan
Amerika. Misi Inggris adalah menurunkan prajurit Angkatan Udara dengan
perasutnya ke belakang garis musuh Jerman dan mengambil alih jembatan-jembatan
penting penghubung Normandia dengan daerah-daerah sekitarnya di sebelah timur
pantai. Sedangkan misi Amerika adalah menurunkan prajurit Angkatan Udara dengan
parasutnya untuk mengambil alih St Mere Eglise dan membuat basis di sana dan
menjaga wilayah barat pantai Normandia (Gilbert, 1989: 354).
6 Juni 1944 dinihari, para prajurit Angkatan Udara mulai
diterjunkan ke daratan membawa parasut dan persenjataan berat. Mereka akan
turun dan menyelinap di antara kepekatan
malam untuk menjalankan misi mengambil alih jembatan, desa dan memotong jalur
komunikasi Jerman seefektif dan seefisien mungkin. Sehingga di subuh hari itu, prajurit
Angkatan Udara Amerika telah berhasil membebaskan orang-orang Perancis di St
Mere Eglise di sebelah barat pantai Normandia dari kekuasaan prajurit Nazy
Jerman, sedangkan prajurit Angkatan Udara Inggris telah berhasil mengambil alih
jembatan Caen di sebelah timur pantai Normandia.
British 6th
Airbone Division memberikan keberhasilan yang gemilang. Pilot yang
berpengalaman menerjunkan prajurit-prajurit tersebut ke daratan rerumputan,
sehingga mereka dapat bergerak cepat mengambil alih jembatan-jembatan penting
di Orne, hal ini untuk mencegah prajurit-prajurit Jerman untuk melewati
jembatan ini ke arah pantai Normandia.
Namun tidak
seberuntung British 6th
Airbone Division, pilot pada American 101st dan 82nd
Airbone Division kurang berpengalaman, lantas menerjunkan prajurit-prajurit
mereka pada tempat yang tidak semestinya. Di laut, di rawa, di pepohonan,
menyebabkan banyak prajurit yang terluka dan mati karena tenggelam, menabrak
pohon, menabrak tebing. Namun meski dalam keadaan susah payah menyelamatkan
diri sendiri tetap tidak menyurutkan semangat prajurit, dan mereka dapat
mengatur diri mereka sendiri untuk terus menjalankan misi.
Selain menurunkan para prajurit-prajurit parasut di
titik-titik yang telah direncanakan,
Angkatan Udara Sekutu melalui Royal Air Force Bomber Command (RAF) dan US EIGHT
AIR FORCE (8AF) menurunkan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, 5000 ton bom
ke pertahanan Jerman di Normandia. Hal ini sangat mengejutkan prajurit Jerman
yang telah ditinggal pergi Jenderalnya ke Jerman, dan terlebih saat itu cuaca
buruk tengah melanda langit Normandia. Ini adalah strategy advantage dari Jenderal
Angkatan Udara Inggris Sir Bertram Home
Ramsay. Strategy ini sangat mendukung sekali pertempuran yang dilakukan
Angkatan Darat di darat dari serangan pertahanan Tank-tank pembom milik Jerman
Kurang dari 12.000
pesawat-pesawat dari Angkatan Udara Inggris dan Amerika telah membantu
kesuksesan operasi Overlord. Dan dari 12.000 pesawat tersebut 5000 diantaranya
adalah pesawat tempur modern handal yang bertempur mati-matian melawan
pesawat-pesawat tempur dari kekuatan Angkatan Udara Jerman.
Bantuan dari kekuatan
udara yang sangat melimpah dari kekuatan 2 negara ini tidak saja mendukung segi
penyerangan dari tembakan-tembakan dan bom yang ditelurkan, namun juga sangat
membantu dari segi pertahanan dan keamanan kekuatan angkatan darat yang
bertempur melawan prajurit Jerman yang telah dilengkapi persenjataan modern
seperti Tank-Tank anti terbakar, tidak seperti Tank milik Amerika yang mudah
terbakar. Bagaimanapun, meski dalam keadaan kaget dan absennya Rommel,
prajurit-prajurit Nazy bukanlah prajurit yang dapat dianggap sebelah mata,
mereka adalah prajurit-prajurit terdidik dengan baik dan memiliki solidaritas
kuat terhadap Hitler. Mereka juga telah dilengkapi persenjataan modern dan
terbaru dan tentu saja sangat mematikan.
Kekuatan udara
Amerika dan Inggris juga dibantu oleh angkatan udara Perancis, mereka
mengerahkan pesawat-pesawat militer yang
mereka punya sebagai bayang-bayang di langit, tepatnya di belakang pesawat
tempur Amerika dan Inggris, hal ini bertujuan untuk menunjukkan efek luar biasa
melimpah dukungan kekuatan udara ini dari pihak Sekutu.
Sebenarnya invasi ini telah direncanakan dengan matang dan
akan dilaksanakan pada bulan Mai 1944, namun karena dirasa kekuatan udara belum
siap, maka Jenderal Angkatan Udara Inggris Sir Bertram Home Ramsay membuat perencanaan transportasi yang matang
selama bulan Mai 1944 ini. Selain itu dia juga membuat strategi penyerangan
awal di bulan Mai ini sebelum operasi Overlord di Normandia dilakukan, yaitu
mengerahkan Lancasters dan Fortresses dari Royal Air Force Bomber Command (RAF)
dan US EIGHT AIR FORCE (8AF) merusak jalur kereta api utara Normandia. Hal ini
untuk menghalangi gerakan bantuan Jerman dari daerah lain, baik dari segi
prajurit, persenjataan, bahan bakar dan makanan.
7 Juni 1944, Kepala
Staf Angkatan Udara Inggris Sir Charles Portal menginformasikan kepada Perdana
Menteri Britania Raya Sir Winston Churchill tentang perlunya
dilakukan misi penting lanjutan dalam operasi Overlord yaitu menghancurkan
tempat-tempat penyimpanan minyak dan bahan bakar Jerman. Hal ini untuk
memperlambat kegiatan militer perang Jerman di hari kemudian. The War Cabinet’s
Joint Intelligent Commite juga menyarankan hal yang sama kepada Churcill.
Akhirnya Churchill menyetujui misi ini.
8 Juni 1944, Jenderal Spaatz kepala American Bomber Forces, diperintahkan
The United States Strategic Air Force untuk menjadikan tempat-tempat penyimpanan
minyak dan bahan bakar Jerman sebagai target utama pemboman.
12 Juni 1944, serangan-serangan dari udara mulai dilakukan
Angkatan Udara Inggris untuk memborbardir tempat-tempat penyimpanan minyak dan
bahan bakar Jerman Dan hanya dalam sebulan, kurang dari 5000 ton tempat
penyimpanan minyak dan bahan bakar Jerman berhasil dihancurkan.
Invasi di pantai Normandia ini dikatakan berhasil tentu tidak
lepas dari strategi Angkatan Udara Sekutu (Inggris, Amerika dan aliansinya),
yaitu pada strategi pemilihan waktu yang tepat dan ditunjang dengan perencanaan
yang matang. Cuaca yang buruk di malam sebelumnya dan pemilihan waktu di
dinihari telah mengecoh Nazy Jerman sehingga mereka lalai, bahkan pemimpinnya
Jenderal Rommel tidak berada di tempat pada saat kejadian.
Ketika invasi ke Normandia dimulai 6 Juni 1944, total 171
squadron dari Inggris dikerahkan bersama para pilot RAF yang terlatih mendukung
invasi ini. 15 squadron menjaga kapal, 54 squadron menjaga pantai, 33 squadron
menjalankan pengeboman dan penyerangan, 33 squadron menyerang target di
pedalaman dari area rendah, dan 36 squadron membantu serangan langsung melalui
udara.
Bantuan dari Angkatan Udara terhadap pertempuran yang terjadi
di darat atau di pantai ini sangatlah penting. Pasukan Angkatan Udara dalam
operasi di Normandia ini sangat terlatih dan pengalaman. Meskipun dalam kondisi
cuaca buruk, mereka dapat melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini dibuktikan
ketika terjadi pertempuran di atas pantai Omaha Normandia, dimana kekuatan
udara Amerika mengalami serangan tembak dari kekuatan udara dan darat Jerman. Mereka
para pilot tetap dapat bertahan. Para penerbang mengomando diri mereka sendiri
untuk terus di sana berjuang bersama pasukan yang di darat untuk menguasai
pantai Omaha yang telah merenggut 50 % korban tewas dari pihak Sekutu. Hal ini
karena, kekuatan kapal pengebom dari arah laut tidak dapat membantu banyak para
pasukan di darat. Meriam dari kapal perang Sekutu tidak dapat menjangkau
pertahanan Jerman. Sehingga hanya pasukan udara yang dapat bahu membahu
memanangkan pantai Omaha ini.
Satu lagi hal yang menjadi bagian terpenting latar belakang
kenapa operasi Overlord ini sukses dilakukan Sekutu, yaitu adalah ketepatan
prediksi para Jenderal Angkatan Udara Sekutu bahwa mereka optimis kondisi cuaca
akan membaik di daerah pantai Normandia setelah sebelumnya mengalami cuaca
buruk pada tanggal 5 Juni 1944. Hanya karena kepercayaan diri semua prajurit
dan bantuan dari kekuatan udara, maka operasi ini dapat berhasil lebih cepat
dari yang dijadwalkan. Sehingga dapat dikatakan, tanpa kekuatan udara, keberhasilan
operasi Overlord mustahil didapatkan (United Stated Army Air Force).
KESIMPULAN
Dalam
operasi Overlord, Sekutu ingin menginvasi Normandia dari kekuasaan Nazi Jerman,
hal ini dilakukan agar dapat menguasai Eropa Barat agar dapat menjadi menekan
kekuatan Jerman. Operasi ini dibantu dengan kekuatan armada Inggris, Amerika
dan Kanada serata beberapa negara kecil seperti Polandia dan Perancis.
Pada
awalnya operasi ini urung dilakukan karena faktor cuaca yang buruk, namun
kekuatan udara Sekutu mengabaikan hal ini, mereka merasa sanggup untuk terus
melanjutkan operasi ini, terlebih lagi adanya kepercayaan bahwa cuaca akan
segera membaik dalam 24 jam kemudian.
Sesungguhnya
kekuatan persenjataan Jerman lebih kuat dan canggih daripada Sekutu. Namun Sekutu
menang dari jumlah personil prajurit dan logistik, seperti bahan bakar, amunisi
dan makanan. Mereka melakukan serbuan ini secara besar-besaran dan dibantu
dengan kekuatan Angkatan Udara yang terlatih professional.
Kekuatan
udara ini adalah bentuk strategis udara Sekutu dalam menghadapi benteng
pertahanan Jerman yang sangat kokoh di daratan. Kekuatan udara ini diturunkan
ke atas pantai-pantai di Normandia dengan formasi-formasi yang jelas. Meski
mereka juga mengalami pemboman dari pihak Jerman, para pilot ini tidak serta
merta mundur, mereka tetap di atas pantai untuk mendukung perlawanan para
pasukan Sekutu di darat, meski nyawa mereka sendiri taruhannya. Maka
tidak berlebihan apabila dikatakan oleh para Jenderal angkatan udara Amerika,
bahwa operasi Overlord ini, sesungguhnya tidak akan berhasil tanpa kekuatan dari
Angkatan Udara yang mendukung.
No comments:
Post a Comment