Tuesday, February 26, 2013

STRATEGI ANGKATAN UDARA SEKUTU DALAM OPERASI OVERLORD DI PANTAI NORMANDIA




Pada abad 20 sekarang ini strategi militer telah banyak mengalami perkembangan yang dapat disebut revolusi militer. Revolusi militer khususnya perkembangan militer di bidang elektronik, penerbangan, bahan bakar, material alat perang dan teknologi informasi (Gray, 1999). Berbanding terbalik dengan kemajuan di bidang militer, bukan justru menciptakan keamanan dan kebebasan dari rasa takut dalam menjalani hidup di masyarakat, justru sebaliknya, kekuatan laut, udara dan darat suatu negara ataupun gabungan beberapa negara maju membuat mereka ingin menguasai dunia melalui invasi maupun peperangan secara langsung terbuka.         
Buah dari revolusi militer itu telah melahirkan strategi militer yang mengalami kemajuan yaitu pada strategi kekuatan darat, udara, laut dan elektromagnetic spectrum (EMS). Kekuatan udara melalui pesawat-pesawat tempur tidak serta merta menjamin kemenangan dalam sebuah peperangan, dia harus bekerjasama dengan kekuatan darat dan laut, dan ini merupakan satu-kesatuan. Kecanggihan teknologi ini telah mengantar tentara-tentara di zaman kontemporer sekarang ini jauh lebih kuat dari perang tradisional sebelum-sebelumnya (Gray, 1999).
Kekuatan udara dalam penerbangan sangat diperlukan untuk mengetahui situasi dan kondisi di daratan. Pesawat juga membawa peralatan tempur seperti bom, roket, kendaraan perang yang sangat diperlukan dan membantu  kekuatan laut dan darat. Selain itu juga kekuatan udara dapat dikategorikan high potency dalam kontribusi efektifitas sebuah strategi (Gray, 1999).  Sehingga mustahil rasanya apabila dalam sebuah strategi militer tanpa adanya keikutsertaan sebuah kekuatan udara.
Dalam paper ini, hal yang menjadi fokus utamanya adalah bagaimana strategi udara Sekutu dalam operasi Overlord di pantai Normandia biasa juga disebut invasi Normandia dapat turut serta mensukseskan misi sekutu dalam merebut Normandia dari kekuasaan Nazy?

 

STRATEGI KEKUATAN UDARA
Kekuatan udara telah dirasakan oleh para tentara angkatan udara bahwa mereka butuh organisasi independen yang membenarkan sejatinya mereka dapat memenangkan perang tanpa bantuan. R.J. Overy mungkin benar ketika ia menyatakan tentang Perang Dunia II, yaitu "kekuatan udara tidak memenangkan perang sendirian, tetapi juga terbukti menjadi kelemahan kritis di sisi sumbu dan keuntungan tunggal terbesar yang dinikmati oleh Sekutu", sehingga strategi  modern dan perang adalah mutlak karena keberhasilan "bersama" (kekuatan udara, laut dan darat).
Marsekal Jan Kristen Smuts dalam laporannya tanggal 17 Agustus 1917, mengungkapkan visi tertentu dari kekuatan udara yang telah konsekuensi yang masih penting bagi strategi militer hari ini. Dalam laporan kedua tentang komite Perdana Menteri di Organisasi Udara (Air Organization) dan Home Defence Against Air Raids, Smuts mengidentifikasi apa yang menjadi ambisi organisasi penerbang militer dimana-mana: birokrasi Air Service yang independen dan sama dengan tentara dan angkatan laut. Smuts juga menawarkan argumen strategis yang kuat, dan visi strategis yang berani, dalam pembenaran rekomendasinya untuk pembentukan layanan udara independen. Dia menjelaskan mengapa 'posisi layanan udara cukup berbeda dari lengan artileri'. Tidak seperti F.W. Lanchester, Smuts tidak membayangkan layanan udara berkembang sebagai 'lengan keempat' Angkatan Darat, di perusahaan dengan infanteri, kavaleri, dan artileri. Dia berpendapat sebaliknya bahwa. Pelayanan udara (Air Service), dapat digunakan sebagai sebuah sarana independen dari operasi perang. Tidak seperti artileri, armada udara dapat melakukan operasi yang luas jauh dari apa yang bsa dijangkau oleh Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Hingga saat ini, sama sekali tidak ada batasan mengenai skala tembak maupun pengintaian oleh angkatan udara. Mereka dapat menghancurkan tanah, pusat-pusat industri dan tentara musuh pada skala yang lebih luas dalam strategi operasi perang militer  utama. Bukan yang sekunder atau cadangan lagi.
 Dengan demikian dapat dilihat bahwa dalam laporan Smuts, pada tanggal 1 April 1918, yang dipimpin langsung kepada pendiri angkatan udara independen pertama di dunia, Inggris Royal Air Force (RAF), menjadi sebuah organisasi independen Angkatan Udara pertama yang sangat 'strategis': yakni Kekuatan Udara utama.
Mulai sejak saat itu, kekuatan udara mulai dikembangkan, pesawat-pesawat canggih mulai di adakan, pesawat pengangkut tentara, pesawat pembom, pesawat anti radar dan lain sebagainya. Hal ini karena angkatan udara melalui pesawat dapat terbang di atas tanah dan laut, kekuatan udara dapat menggantikan posisi kekuatan darat dan kekuatan laut dalam melakukan pemantauan, penyerangan pada daerah-daerah musuh yang sangat jauh dari jangkauan penglihatan dan penyerangan (Gray, 1999).








OPERASI OVERLORD
6 Juni 1944 mungkin adalah hari yang tidak dapat dilupakan oleh Amerika Serikat, Kanada, Inggris. Hari yang biasa disebut D-Day adalah hari yang paling terkenal dalam sejarah, yaitu tanggal dimulainya pertempuran di pantai Normandia, dimana prajurit Sekutu berencana untuk membebaskan Eropa dari kekuasaan Nazi Jerman selama Perang Dunia II melalui pantai Normandia Perancis sebagai pintu masuk ke Eropa.
Invasi Normandia, dengan nama kodenya adalah Operasi Overlord, adalah sebuah operasi pendaratan yang dilakukan oleh pasukan Sekutu saat Perang Dunia II ke pantai Normandia Perancis. Dan sampai sekarang merupakan sebuah kejadian invasi laut paling besar dalam sejarah. Dengan hampir tiga juta prajurit datang dan menyeberangi Selat Inggris dari Inggris ke Perancis yang diduduki oleh prajurit Nazi Jerman. Invasi besar ini berkekuatan: 9 kapal perang, 23 cruisers, 104 alat perusak dan 71 kapal muatan super besar yang merupakan alat transportasi para pasukan. Kurang lebih 5,000 kapal dari segala tipe di tiap-tiap armada besar juga telah siapkan dalam operasi ini. (Sullivan, Chief of Staft US Army)
Operasi Overlord ini adalah operasi perebutan Normandia dari kekuasaan Nazi Jerman dan selanjutnya agar dapat membebaskan Eropa Barat secara keseluruhan. Operasi ini dijadwalkan akan selesai setelah 90 hari yaitu pada bulan September 1944, namun operasi ini berhasil sukses lebih cepat dari yang diprediksikan pada awalnya yaitu 19 Agustus 1044.  (United State History)
Invasi ini melibatkan banyak Jenderal, prajurit, senjata dari negara-negara Sekutu dan aliansinya. Dan dengan mengerahkan kekuatan penuh di udara, laut dan darat. Strategi yang digunakan dalam perang melawan Nazi Jerman di pantai Norwendia ini tidak lagi seperti strategi perang klasik, perang Norwendia ini adalah bagian dari Perang Dunia II yang telah menggunakan strategi modern dengan peralatan canggih militer di dalamnya.




STRATEGI ANGKATAN UDARA SEKUTU DALAM OPERASI OVERLORD
Angin topan dan cuaca buruk melanda daratan Eropa pada tanggal 5 Juni, Erwin Johannes Eugen Rommel seorang panglima tinggi Nazy Jerman yang bertugas mengamankan wilayah Normandia sebagai wilayah pintu masuk ke dalam Eropa Barat tentu tidak akan menyangka akan terjadinya invasi oleh Sekutu ke wilayah penjagaannya, dia telah berpikir kemungkinan badai dan cuaca buruk ini akan berlangsung 2 minggu, sehingga rasanya mustahil apabila Normandia akan diserang pada saat seperti ini, dia malah pergi meninggalkan Normandia untuk menghadiri ulang tahun istrinya di Jerman.
5 Juni 1944 pukul 22.00, lebih awal dari operasi darat Overlord, ditempat yang berbeda para petinggi militer angkatan udara dari British 6th Airbone Division, American 101st dan 82nd Airbone Division telah akan memulai invasi ke Normandia melalui serangan udara. Prajurit-prajurit parasut Inggris dari British 6th Airbone Division, terjun dengan pesawat layang di desa Benouville, 6 Mil dari utara sungai Caen. Kurang lebih 18.000 prajurit parasut Inggris dan Amerika diterjunkan ke daratan Normandia untuk mengambil alih jembatan-jembatan penting dan merusak jaringan komunikasi Jerman. Misi terbagi dua antara Inggris dan Amerika. Misi Inggris adalah menurunkan prajurit Angkatan Udara dengan perasutnya ke belakang garis musuh Jerman dan mengambil alih jembatan-jembatan penting penghubung Normandia dengan daerah-daerah sekitarnya di sebelah timur pantai. Sedangkan misi Amerika adalah menurunkan prajurit Angkatan Udara dengan parasutnya untuk mengambil alih St Mere Eglise dan membuat basis di sana dan menjaga wilayah barat pantai Normandia (Gilbert, 1989: 354).
6 Juni 1944 dinihari, para prajurit Angkatan Udara mulai diterjunkan ke daratan membawa parasut dan persenjataan berat. Mereka akan turun dan  menyelinap di antara kepekatan malam untuk menjalankan misi mengambil alih jembatan, desa dan memotong jalur komunikasi Jerman seefektif dan seefisien mungkin. Sehingga di subuh hari itu, prajurit Angkatan Udara Amerika telah berhasil membebaskan orang-orang Perancis di St Mere Eglise di sebelah barat pantai Normandia dari kekuasaan prajurit Nazy Jerman, sedangkan prajurit Angkatan Udara Inggris telah berhasil mengambil alih jembatan Caen di sebelah timur pantai Normandia.
British 6th Airbone Division memberikan keberhasilan yang gemilang. Pilot yang berpengalaman menerjunkan prajurit-prajurit tersebut ke daratan rerumputan, sehingga mereka dapat bergerak cepat mengambil alih jembatan-jembatan penting di Orne, hal ini untuk mencegah prajurit-prajurit Jerman untuk melewati jembatan ini ke arah pantai Normandia.
Namun tidak seberuntung  British 6th Airbone Division, pilot pada American 101st dan 82nd Airbone Division kurang berpengalaman, lantas menerjunkan prajurit-prajurit mereka pada tempat yang tidak semestinya. Di laut, di rawa, di pepohonan, menyebabkan banyak prajurit yang terluka dan mati karena tenggelam, menabrak pohon, menabrak tebing. Namun meski dalam keadaan susah payah menyelamatkan diri sendiri tetap tidak menyurutkan semangat prajurit, dan mereka dapat mengatur diri mereka sendiri untuk terus menjalankan misi.
Selain menurunkan para prajurit-prajurit parasut di titik-titik yang telah direncanakan, Angkatan Udara Sekutu melalui Royal Air Force Bomber Command (RAF) dan US EIGHT AIR FORCE (8AF) menurunkan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, 5000 ton bom ke pertahanan Jerman di Normandia. Hal ini sangat mengejutkan prajurit Jerman yang telah ditinggal pergi Jenderalnya ke Jerman, dan terlebih saat itu cuaca buruk tengah melanda langit Normandia. Ini adalah strategy advantage dari Jenderal Angkatan Udara Inggris Sir Bertram Home Ramsay. Strategy ini sangat mendukung sekali pertempuran yang dilakukan Angkatan Darat di darat dari serangan pertahanan Tank-tank pembom milik Jerman
Kurang dari 12.000 pesawat-pesawat dari Angkatan Udara Inggris dan Amerika telah membantu kesuksesan operasi Overlord. Dan dari 12.000 pesawat tersebut 5000 diantaranya adalah pesawat tempur modern handal yang bertempur mati-matian melawan pesawat-pesawat tempur dari kekuatan Angkatan Udara Jerman.
Bantuan dari kekuatan udara yang sangat melimpah dari kekuatan 2 negara ini tidak saja mendukung segi penyerangan dari tembakan-tembakan dan bom yang ditelurkan, namun juga sangat membantu dari segi pertahanan dan keamanan kekuatan angkatan darat yang bertempur melawan prajurit Jerman yang telah dilengkapi persenjataan modern seperti Tank-Tank anti terbakar, tidak seperti Tank milik Amerika yang mudah terbakar. Bagaimanapun, meski dalam keadaan kaget dan absennya Rommel, prajurit-prajurit Nazy bukanlah prajurit yang dapat dianggap sebelah mata, mereka adalah prajurit-prajurit terdidik dengan baik dan memiliki solidaritas kuat terhadap Hitler. Mereka juga telah dilengkapi persenjataan modern dan terbaru dan tentu saja sangat mematikan.
Kekuatan udara Amerika dan Inggris juga dibantu oleh angkatan udara Perancis, mereka mengerahkan  pesawat-pesawat militer yang mereka punya sebagai bayang-bayang di langit, tepatnya di belakang pesawat tempur Amerika dan Inggris, hal ini bertujuan untuk menunjukkan efek luar biasa melimpah dukungan kekuatan udara ini dari pihak Sekutu.
Sebenarnya invasi ini telah direncanakan dengan matang dan akan dilaksanakan pada bulan Mai 1944, namun karena dirasa kekuatan udara belum siap, maka Jenderal Angkatan Udara Inggris Sir Bertram Home Ramsay membuat perencanaan transportasi yang matang selama bulan Mai 1944 ini. Selain itu dia juga membuat strategi penyerangan awal di bulan Mai ini sebelum operasi Overlord di Normandia dilakukan, yaitu mengerahkan Lancasters dan Fortresses dari Royal Air Force Bomber Command (RAF) dan US EIGHT AIR FORCE (8AF) merusak jalur kereta api utara Normandia. Hal ini untuk menghalangi gerakan bantuan Jerman dari daerah lain, baik dari segi prajurit, persenjataan, bahan bakar dan makanan.
7 Juni 1944, Kepala Staf Angkatan Udara Inggris Sir Charles Portal menginformasikan kepada Perdana Menteri Britania Raya Sir Winston Churchill tentang perlunya dilakukan misi penting lanjutan dalam operasi Overlord yaitu menghancurkan tempat-tempat penyimpanan minyak dan bahan bakar Jerman. Hal ini untuk memperlambat kegiatan militer perang Jerman di hari kemudian. The War Cabinet’s Joint Intelligent Commite juga menyarankan hal yang sama kepada Churcill. Akhirnya Churchill menyetujui misi ini.
8 Juni 1944, Jenderal Spaatz kepala American Bomber Forces, diperintahkan The United States Strategic Air Force untuk menjadikan tempat-tempat penyimpanan minyak dan bahan bakar Jerman sebagai target utama pemboman.
 12 Juni 1944, serangan-serangan dari udara mulai dilakukan Angkatan Udara Inggris untuk memborbardir tempat-tempat penyimpanan minyak dan bahan bakar Jerman Dan hanya dalam sebulan, kurang dari 5000 ton tempat penyimpanan minyak dan bahan bakar Jerman berhasil dihancurkan.
Invasi di pantai Normandia ini dikatakan berhasil tentu tidak lepas dari strategi Angkatan Udara Sekutu (Inggris, Amerika dan aliansinya), yaitu pada strategi pemilihan waktu yang tepat dan ditunjang dengan perencanaan yang matang. Cuaca yang buruk di malam sebelumnya dan pemilihan waktu di dinihari telah mengecoh Nazy Jerman sehingga mereka lalai, bahkan pemimpinnya Jenderal Rommel tidak berada di tempat pada saat kejadian. 
Ketika invasi ke Normandia dimulai 6 Juni 1944, total 171 squadron dari Inggris dikerahkan bersama para pilot RAF yang terlatih mendukung invasi ini. 15 squadron menjaga kapal, 54 squadron menjaga pantai, 33 squadron menjalankan pengeboman dan penyerangan, 33 squadron menyerang target di pedalaman dari area rendah, dan 36 squadron membantu serangan langsung melalui udara.
Bantuan dari Angkatan Udara terhadap pertempuran yang terjadi di darat atau di pantai ini sangatlah penting. Pasukan Angkatan Udara dalam operasi di Normandia ini sangat terlatih dan pengalaman. Meskipun dalam kondisi cuaca buruk, mereka dapat melakukan tugasnya dengan baik. Hal ini dibuktikan ketika terjadi pertempuran di atas pantai Omaha Normandia, dimana kekuatan udara Amerika mengalami serangan tembak dari kekuatan udara dan darat Jerman. Mereka para pilot tetap dapat bertahan. Para penerbang mengomando diri mereka sendiri untuk terus di sana berjuang bersama pasukan yang di darat untuk menguasai pantai Omaha yang telah merenggut 50 % korban tewas dari pihak Sekutu. Hal ini karena, kekuatan kapal pengebom dari arah laut tidak dapat membantu banyak para pasukan di darat. Meriam dari kapal perang Sekutu tidak dapat menjangkau pertahanan Jerman. Sehingga hanya pasukan udara yang dapat bahu membahu memanangkan pantai Omaha ini.
Satu lagi hal yang menjadi bagian terpenting latar belakang kenapa operasi Overlord ini sukses dilakukan Sekutu, yaitu adalah ketepatan prediksi para Jenderal Angkatan Udara Sekutu bahwa mereka optimis kondisi cuaca akan membaik di daerah pantai Normandia setelah sebelumnya mengalami cuaca buruk pada tanggal 5 Juni 1944. Hanya karena kepercayaan diri semua prajurit dan bantuan dari kekuatan udara, maka operasi ini dapat berhasil lebih cepat dari yang dijadwalkan. Sehingga dapat dikatakan, tanpa kekuatan udara, keberhasilan operasi Overlord mustahil didapatkan (United Stated Army Air Force).


 
KESIMPULAN

Dalam operasi Overlord, Sekutu ingin menginvasi Normandia dari kekuasaan Nazi Jerman, hal ini dilakukan agar dapat menguasai Eropa Barat agar dapat menjadi menekan kekuatan Jerman. Operasi ini dibantu dengan kekuatan armada Inggris, Amerika dan Kanada serata beberapa negara kecil seperti Polandia dan Perancis.
Pada awalnya operasi ini urung dilakukan karena faktor cuaca yang buruk, namun kekuatan udara Sekutu mengabaikan hal ini, mereka merasa sanggup untuk terus melanjutkan operasi ini, terlebih lagi adanya kepercayaan bahwa cuaca akan segera membaik dalam 24 jam kemudian.
Sesungguhnya kekuatan persenjataan Jerman lebih kuat dan canggih daripada Sekutu. Namun Sekutu menang dari jumlah personil prajurit dan logistik, seperti bahan bakar, amunisi dan makanan. Mereka melakukan serbuan ini secara besar-besaran dan dibantu dengan kekuatan Angkatan Udara yang terlatih professional.
Kekuatan udara ini adalah bentuk strategis udara Sekutu dalam menghadapi benteng pertahanan Jerman yang sangat kokoh di daratan. Kekuatan udara ini diturunkan ke atas pantai-pantai di Normandia dengan formasi-formasi yang jelas. Meski mereka juga mengalami pemboman dari pihak Jerman, para pilot ini tidak serta merta mundur, mereka tetap di atas pantai untuk mendukung perlawanan para pasukan Sekutu di darat, meski nyawa mereka sendiri taruhannya. Maka tidak berlebihan apabila dikatakan oleh para Jenderal angkatan udara Amerika, bahwa operasi Overlord ini, sesungguhnya tidak akan berhasil tanpa kekuatan dari Angkatan Udara yang mendukung.


No comments:

Post a Comment